Senin, 26 September 2016

Ini versiku, mana versimu?

malam ini, oh mungkin ketika anda membacanya pagi atau pun siang, atau bahkan sore, izinkan saya untuk membagi kisah inspiratif versi saya, kisah perjalanan hidup seseorang selama dia bekerja di perusahaan yang sekarang saya tempati. 
Sudirman, dialah Manager saya, seorang lelaki berumur 32 tahun yang berjuang keras untuk bertahan di perusahaan yang bergerak di bidang Otomotif dan Service Car ini. 
baru menginjak satu tahun dia bekerja di perusahaan ini, dia sudah mengalami banyak guncangan dari pihak Management, oh bahkan sebelum satu tahun dia sudah mulai mendapat tuntutan bertubi-tubi dari pihak Management tersebut. 
dia dituntut oleh pihak Management untuk menyelesaikan semua pekerjaan yang dulunya masih membekas atau bahasa lainnya belum terselesaikan dengan sempurna.
dia mencoba untuk belajar dari 0, bahkan sekarang dia masih belajar bagaimana cara untuk mengendalikan pekerjaan itu semua dibawah tekanan yang begitu luar biasa.
cacian dan makian telah dia terima dari Management, tentu saja. pulang larut hanya untuk memikirkan satu masalah saja, tentu sudah pernah dia lewati.
bahkan ketika kami (para karyawan) juga mengalami kondisi yang tidak stabil, dimana para karyawan mulai lalai dalam kedispilinan, mulai hilang komunikasi, mulai hilang secara perlahan solidaritas antar sesama karyawan, mulai acuh dengan diri sendiri dan orang lain, mulai enyah dengan pekerjaan yang monoton, dan satu hal lagi yang mendukung asumsi saya, ketika para karyawan mulai lelah dengan tidak kesejahteraan yang diterima dari Management. 
dan disitulah Pak Dirman berdiri, dia mengajak kami (termasuk saya) untuk tetap bangkit, untuk tetap menghadapi kenyataan bahwa memang ini yang harus kami hadapi, merangkul satu persatu manusia yang mulai diluar kendali, membuka mindset semua orang bahwa kerja keras tak akan menipu hasil. 

dia juga membiarkan pintu ruangannya terbuka lebar, dengan alasan untuk membebaskan kami bercerita keluh kesah kepada Beliau tentang apa yang kami hadapi, tentang apa yang mengganggu pemikiran kami yang membuat kami menjadi lambat menyelesaikan pekerjaan tersebut.
tentu saja, dia dengan senang hati mendengarkan dan memberikan solusi terbaik.
(bahkan Beliau dengan mudah membaca perilaku seseorang ketika seseorang itu tengah dilanda masalah)

"totalitas adalah kunci utama keberhasilan"
 "saya memang terfikir untuk menyerah, membuang segala jenis document yang menjadi tuntuan saya selama ini. tapi itu bukan saya, saya tidak akan pergi, karna ini tanggung jawab saya. silahkan pihak atasan mau membenci saya seperti apa, karena saya harus bertanggung jawab." 

sepotong kalimat diatas berhasil mengubah pemikiran saya, bahwa hidup ini harus penuh dengan totalitas, totalitas terhadap apapun. bahwa hidup ini penuh tanggung jawab pada setiap keputusan yang diambil. bahwa ketika kamu memberikan dorongan motivasi kepada orang orang sekitarmu, percayalah, kamu juga ikut membantu dia tersenyum. kamu juga ikut meringankan beban mereka. 
bahwa kamu hidup hanya sekali, berikanlah yang terbaik, selagi kamu mampu untuk membantu sesama, kenapa tidak? 

dia bahkan rela menjadi tameng untuk kami ketika kami berada dalam keadaan yang mendesak.  

27/09/16 -1:20 AM




best regards,

Mitha Faliani Agustina

Tidak ada komentar:

Posting Komentar