saya melihat sisi Schopenhauer ini sebagai manusia yang kesepian,
hidupnya tidak diliputi perasaan bahagia ketika bersama dengan wanita. walaupun
dia pernah mengalami jatuh cinta dengan seorang perempuan bernama Caroline Richter pada tahun 1812, tapi
kisah cintanya itu tak berujung mulus. ketika seharusnya sudah masuk ke jenjang
pernikahan, dia sendiri yang membatalkan rencana pernikahannya. bahkan dia menganggap, dia hidup dengan banyak orang yang
memuakkan dan membuang waktu baginya.
sebelumnya, mari kita telurusi siapa itu ARTHUR SCHOPENHAUER?
beliau adalah seorang filsuf Jerman, lahir di Danzig (sekarang Gdańsk) pada tahun 1788.
Ia
mempelajari filsafat di Universitas Berlin dan mendapat gelar doktor di
Universitas Jena pada tahun 1813. Ia menghabiskan sebagian besar hidupnya di
Frankfurt, dan meninggal dunia di sana pada tahun 1860.
Dalam
perkembangan filsafat, Schopenhauer dipengaruhi dengan kuat oleh Imanuel Kant
dan juga pandangan Buddha. Pemikiran Kant nampak di dalam pandangan
Schopenhauer tentang dunia sebagai ide dan kehendak. Kant menyatakan bahwa
pengetahuan manusia terbatas pada bidang penampakan atau fenomena, sehingga
benda-pada-dirinya-sendiri (das Ding an sich) tidak pernah bisa
diketahui manusia. Misalnya, apa yang manusia ketahui tentang pohon bukanlah
pohon itu sendiri, melainkan gagasan orang itu tentang pohon. Schopenhauer
mengembangkan pemikiran Kant tersebut dengan menyatakan bahwa
benda-pada-dirinya-sendiri itu bisa diketahui, yakni "kehendak".
berikut
ada 3 macam pemikiran Filosofisnya, yakni :
1) Filsafat Keinginan
Schopenhauer
sendiri berpendapat bahwa keinginan manusia adalah sia-sia, tidak logika, tanpa
pengarahan dan dengan keberadaan, juga dengan seluruh tindakan manusia di
dunia. Schopenhauer berpendapat bahwa keinginan adalah sebuah keberadaan
metafisikal yang mengontrol tindak hanya tindakan-tindakan individual, agent,
tetapi khususnya seluruh fenomena yang bisa diamati. Keinginan yang dimaksud
oleh Schopenhauer ini sama dengan yang disebut dengan Kant dengan istilah
sesuatu yang ada di dalamnya sendiri.
Pandangan
filosofis Schopenhauer melihat bahwa hidup adalah penderitaan. Schopenhauer
menolak kehendak. Apalagi dengan kehendak untuk membantu orang menderita.
Ajaran Schopenhauer menolak kehendak untuk hidup dan segala manifestasinya,
namun ia sediri takut dengan kematian.
2) Keputusan dan Hukuman
Schopenhauer
menjelaskan seseorang yang hendak mengambil keputusan.
Menurut dia, ketika kita mengambil keputusan, kita akan diperhadapkan dengan
berbagai macam akibat. Oleh sebab itu, keputusan yang diambil memiliki alasan
atau dasar. Keputusan-keputusan ini menjadi tidak bebas lagi bagi si
pemilihnya. Pemilih itu harus diperhadapkan kepada beberapa akibat dalam sebuah
keputusan. Segala tindakan yang dilakukan seseorang merupakan kebutuhan dan
tanggung jawabnya. Segala kebutuhan dan tanggung jawab itu pun sudah dibawa
sejak lahir dan bersifat kekal. Schopenhauer juga menegaskan jika tidak ada keinginan bebas
, haruskah kejahatan dihukum?
3) Catatan
Bagi Schopenhauer, dasar dunia ini
transcendental dan bersifat irasional, yaitu kehendak yang buta. Kehendak ini
buta, sebab, sebab desakannya untuk terus-menerus dipuaskan tidak bisa
dikendalikan dan tidak akan pernah terpenuhi. Namun, justru keinginan yang tak
sampai berarti penderitaan Selanjutnya, menurut dia bahwa kehendak
transendental itu mewujudkan diri dalam miliaran eksistensi kehidupan, maka
hidup itu sendiri merupakan penderitaan. Jalan keluar yang diusulkan
Schopenhauer ini pun cukup logis. Kalau hidup ini adalah penderitaaan, maka
pembebasan dari penderitaan tersebut tentunya akan tercapai melalui penolakan
kehendak untuk hidup. Konkretnya adalah lewat kematian raga dan bela
rasa.
Cara
pemikiran Schopenhauer ini menarik. Namun, tetap saja memiliki kesalahan.
Masalah dalam filsafatnya berkaitan dengan pandangannya atas pengetahuan
tentang prinsip individuasi. Menurut Schopenhauer, berkat pengetahuan inilah
manusia sadar bahwa dirinya adalah sama dengan semua makhluk hidup lain (dasar
dari sikap bela rasa) sehingga dia tidak perlu memutlakkan diri dan
keinginannya (dasar sikap mati raga atau penyangkalan diri). Tanpa pengetahuan
ini, manusia tidak akan mengalami pencerahan dan tetap berada dalam kegelapan.
Anggapan
Schopenhauer ini menekankan dua hal, yaitu bahwa kesadaran manusia terbukti
lebih kuat dibandingkan nafsu dan keinginannya, dan bahwa karena itu ia juga
mampu memperhatikan keadaan kepentingan orang lain, di dalam hal ini berarti
bahwa manusia bukanlah makhluk egois sebagai mana yang dipikirkan oleh
Schopenhauer. Namun, jika kesadaraan bisa menguatkan manusia menyangkal diri
dan berbela rasa, bukankah demikian kehendak untuk hidup itu sendiri bukan
merupakan dasar dari segalanya?
Sumber Pustaka :
https://id.wikipedia.org/wiki/Arthur_Schopenhauer
Sumber Pustaka :
https://id.wikipedia.org/wiki/Arthur_Schopenhauer
Mitha Faliani Agustina
20160701016